KUALA LUMPUR – Menteri Malaysia yang bertanggung jawab atas inokulasi Covid-19 Khairy Jamaluddin mengatakan dia akan menahan diri untuk tidak diinokulasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech, dan akan mendapatkan suntikan sebagai gantinya dari salah satu penyedia vaksin lain untuk memerangi “keraguan vaksin selektif”.
Khairy, Menteri Koordinator Program Imunisasi Covid-19 Nasional, mengatakan dia akan menjadi orang pertama yang mengambil vaksin berikutnya yang telah disetujui oleh Badan Pengatur Farmasi Nasional (NPRA).
“Saya telah mengamati pandangan orang-orang. Perdana menteri, direktur jenderal kesehatan dan sekarang banyak menteri dan garis depan telah mengambil vaksin Pfizer.
“Jadi, orang-orang lebih percaya pada vaksin Pfizer karena perdana menteri telah mengambil vaksin tanpa efek samping,” kata Khairy, yang juga Menteri Sains, Teknologi dan Inovasi.
“Orang-orang bertanya mengapa mereka semua menggunakan Pfizer, barang-barang bagus, sementara yang lain dimaksudkan untuk orang-orang biasa.
“Jadi, saya telah memutuskan bahwa saya akan mengambil vaksin apa pun yang melewati batas, baik itu Sinovac, AstraZeneca atau Sputnik V,” katanya dalam konferensi pers pada Sabtu (27 Februari), seperti dilansir situs berita Malaysiakini.
“Saya akan menganggap itu sebagai demonstrasi kepercayaan vaksin dan juga kepercayaan saya pada NPRA,” katanya.
Khairy mengatakan ada warga Malaysia yang ingin diinokulasi dengan vaksin pilihan mereka, tetapi dia mengatakan ini tidak mungkin karena logistik, harian The Star melaporkan.
“Kami melihat beberapa keraguan. Ada yang benar-benar menginginkan vaksin Pfizer atau Sinovac… Saat ini, posisi pemerintah adalah bahwa (orang perlu) mengambil apa pun yang telah disetujui.
“Mereka (vaksin) aman dan berkhasiat,” katanya.
Malaysia memulai upaya inokulasi pada hari Rabu, dengan Tan Sri Muhyiddin menjadi yang pertama divaksinasi, diikuti oleh garis depan Clement Marai Francis, seorang pengemudi untuk klinik Putrajaya. Orang ketiga yang disuntik dengan vaksin Pfizer adalah direktur jenderal Kementerian Kesehatan Dr Noor Hisham Abdullah.
Malaysia akan memvaksinasi perwakilan terpilih, petugas kesehatan dan garis depan lainnya pada tahap pertama yang diperkirakan akan berlangsung hingga bulan depan.
Fase kedua akan melibatkan kelompok berisiko, seperti individu dengan penyakit tertentu yang ada, dan mereka yang berusia di atas 65 tahun.
Negara ini bertujuan untuk mulai memberikan vaksin kepada masyarakat umum, berusia 18 tahun ke atas, mulai Mei. Orang asing yang berbasis di Malaysia, termasuk migran tidak berdokumen, juga akan divaksinasi secara gratis pada tahap selanjutnya.
Badan Malaysia yang menyetujui penggunaan vaksin, NPRA, bulan lalu menyetujui pendaftaran vaksin Pfizer-BioNTech.