Ilmuwan Rusia mengatakan Sputnik V berkinerja baik melawan mutasi Covid-19

Moskow (ANTARA) – Uji coba Rusia yang menguji efektivitas vaksinasi ulang dengan suntikan Sputnik V untuk melindungi dari mutasi baru virus corona membuahkan hasil yang kuat, kata para peneliti, Sabtu (27 Februari).

Bulan lalu, Presiden Vladimir Putin memerintahkan peninjauan pada 15 Maret vaksin yang diproduksi Rusia untuk efektivitasnya terhadap varian baru yang menyebar di berbagai belahan dunia.

“(A) studi terbaru yang dilakukan oleh Pusat Gamaleya di Rusia menunjukkan bahwa vaksinasi ulang dengan vaksin Sputnik V bekerja sangat baik terhadap mutasi virus corona baru, termasuk jenis virus corona Inggris dan Afrika Selatan,” kata Denis Logunov, wakil direktur pusat, yang mengembangkan suntikan Sputnik V.

Hasil uji coba diharapkan akan segera dipublikasikan, tetapi ini adalah indikasi pertama tentang bagaimana tes berjalan. Belum ada rincian lebih lanjut yang tersedia.

Apa yang disebut suntikan vektor virus – seperti Sputnik V dan suntikan yang dikembangkan oleh AstraZeneca – menggunakan virus modifikasi yang tidak berbahaya sebagai kendaraan, atau vektor, untuk membawa informasi genetik yang membantu tubuh membangun kekebalan terhadap infeksi di masa depan. Vaksinasi ulang menggunakan suntikan Sputnik V yang sama, berdasarkan vektor adenovirus yang sama. Uji coba menunjukkan ini tidak berdampak pada efektivitas, kata Logunov dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.

Beberapa ilmuwan telah meningkatkan risiko yang mungkin bahwa tubuh juga mengembangkan kekebalan terhadap vektor itu sendiri, mengenalinya sebagai penyusup dan mencoba menghancurkannya. Tetapi pengembang Sputnik V tidak setuju ini akan menimbulkan masalah jangka panjang. “Kami percaya bahwa vaksin berbasis vektor sebenarnya lebih baik untuk vaksinasi ulang di masa depan daripada vaksin berdasarkan platform lain,” kata Logunov.

Dia mengatakan bahwa para peneliti menemukan bahwa antibodi khusus untuk vektor yang digunakan oleh tembakan – yang dapat menghasilkan reaksi anti-vektor dan merusak kerja tembakan itu sendiri – berkurang “sedini 56 hari setelah vaksinasi”.

Kesimpulan ini didasarkan pada uji coba vaksin terhadap Ebola yang dikembangkan sebelumnya oleh Institut Gamaleya menggunakan pendekatan yang sama seperti untuk suntikan Sputnik V. Kekebalan vektor bukanlah masalah baru tetapi telah mendapat sorotan baru karena perusahaan termasuk Johnson & Johnson mengantisipasi vaksinasi Covid-19 reguler, seperti suntikan influenza tahunan, mungkin diperlukan untuk memerangi varian baru virus corona.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Cute Blog by Crimson Themes.